Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Nasional

15 Tahun BNPT Wujudkan Sinergi Kolaborasi Pemerintah & Masyarakat

Avatar photo
11
×

15 Tahun BNPT Wujudkan Sinergi Kolaborasi Pemerintah & Masyarakat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

15 Tahun BNPT Wujudkan Sinergi Kolaborasi Pemerintah & Masyarakat

 

Example 300x600

 

Jakarta, indonesiatimes.net

 

Kekerasan ideologis belum mati. Ia hanya ganti kostum. Dulu hadir dalam bentuk ledakan di hotel dan kafe. Kini ia menjelma jadi siaran live, unggahan dakwah kelabu, dan transaksi gelap via dompet digital.

Radikalisme kini tinggal selangkah dari jempol, menyelinap dari satu tautan ke tautan lain.

Sementara itu, jaringan teror internasional sudah main lintas negara, memanfaatkan dunia yang makin terhubung tapi tak selalu kuat dalam pertahanan sosialnya.

Tapi Indonesia tidak tinggal diam. Di usia ke-15 tahun, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berdiri bukan hanya sebagai pagar negara, tapi juga ruang dialog dan pembinaan.

Kepala BNPT, Komjen Eddy Hartono, menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja bersama.

“Perjalanan 15 tahun BNPT adalah wujud nyata dari sinergi dan kolaborasi pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat,” kata Eddy, Rabu (16/7/2025).

Ia menekankan bahwa pendekatan BNPT tak melulu soal strategi keras, tapi juga pendekatan yang menyentuh sisi manusia.

“Kami percaya bahwa pencegahan tidak hanya dilakukan dengan strategi, tetapi dengan hati yang ikhlas, melalui langkah yang edukatif dan pembinaan secara komprehensif.”

Dalam berbagai programnya, BNPT hadir di tengah masyarakat: mendampingi eks napiter kembali ke masyarakat, membina penyintas untuk bangkit dari trauma, hingga membangun jejaring damai dengan tokoh agama dan komunitas lokal.

“BNPT akan terus hadir di tengah masyarakat, menjadi mitra yang solutif dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan,” katanya.

Dan memang, hasilnya terlihat. Sejak 2023, Indonesia tidak mencatat satu pun serangan teror. Zero attack. Tapi ini bukan soal angka semata. Di balik statistik, ada orang-orang yang bangkit.

Mereka adalah eks napiter yang membuka usaha halal, para penyintas yang kembali berkarya, hingga komunitas-komunitas yang memilih jalur damai meski pernah disakiti kekerasan. Indonesia sedang membuktikan bahwa yang patah bisa tumbuh lagi, yang luka bisa sembuh, asal dirawat bersama.

Psikolog forensik, Dra. Reni Kusumowardhani, M.Psi., yang banyak terlibat dalam rehabilitasi dan reintegrasi eks pelaku teror, menilai capaian ini bukan kerja satu lembaga semata.

“Kita semua punya prestasi zero attack dan ini tentunya bukan hanya prestasi BNPT tetapi prestasi kita semua, seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Tak bisa dimungkiri, salah satu kunci keberhasilan pencegahan teror adalah kolaborasi lintas sektor. Pemerintah mendorong hal ini melalui Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE).

Bukan hanya aparat dan birokrat, tetapi guru, ulama, komunitas seni, hingga pemuda lokal dilibatkan dalam upaya deteksi dini dan penguatan kapasitas masyarakat. RAN PE membuka ruang bagi pendekatan yang lebih manusiawi: pendekatan yang mengajak, bukan menuding.

Tetapi tantangan belum selesai. Dunia digital dan globalisasi membuat jaringan teror lintas negara tumbuh lebih cepat dan senyap. Direktur Eksekutif CSIS, Yose Rizal Damuri, mengingatkan bahwa bahaya teror tak hanya merenggut nyawa, tapi juga merusak struktur sosial.

“Terorisme bisa menjadi devastating dan itu sudah merugikan tidak hanya secara fisik, kerugian ekonomi namun juga kehilangan nyawa. Tapi yang lebih penting deceive kepercayaan sosial dan attitude yang juga sangat boleh jadi membuat kita menghadapi situasi dan dampak yang sangat sulit,” katanya.

Yose menambahkan, di tengah dunia yang saling terhubung, terorisme jadi tantangan multidimensi. Maka pendekatannya pun harus lintas batas, lintas sektor, dan lintas kesadaran.

Hari ini, BNPT menyerukan gerakan Siap Jaga Indonesia. Sebuah ajakan agar menjaga negeri ini bukan lagi tugas segelintir aparat, tapi kesadaran bersama. Dari ruang kelas, tempat ibadah, ruang media sosial, hingga meja makan keluarga—semua bisa jadi titik awal pencegahan kekerasan.

Indonesia Emas 2045 tak akan tercapai dengan membiarkan benih kebencian tumbuh. Ia hanya mungkin terwujud bila bangsa ini mau jaga pikirannya, jaga narasinya, dan jaga sesamanya. (Putri)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *